Melahirkan Tanpa Rasa Sakit dengan Persalinan Metode Salsabila

Assalamualaikum..
Hallo, apa kabar semua?
Udah lama ngga nulis di blog, kali ini aku mau share cerita tentang pengalaman persalinan yang aku alami. Rasanya Alhamdulillah luar biasa sekali. Aku melakukan persalinan di Klinik Utama Cimahi Sehat, Cimahi. Baca cerita lengkapku ya, jangan hanya membaca judulnya saja atau sekilas sebelum memberikan komentar.

Jumat, 12 Oktober 2018 
Hari ini hari terakhirku kerja sebelum cuti melahirkan. Aku menyelesaikan semua tugasku sebelum cuti. Hari ini juga terasa berbeda karena aku pamit kepada teman teman kantorku. Aku juga mendapat banyak pesan serta untaian kalimat doa yang baik hari itu. HPL ku sendiri jatuh pada 22 Oktober 2018. Tapi aku sengaja mengambil cuti H-7 supaya bisa istirahat dan menyiapkan persalinanku dengan lebih tenang. Malam harinya, semua terjadi seperti biasa. Tidur yang kurang nyaman karena perutku membesar. Punggung yang terasa pegal, kaki bengkak dan hal lainnya yang sudah biasa aku rasakan. Tidak ada tanda tanda akan melahirkan seperti yang sudah diberitahukan oleh Bidan dan Dokter Kandunganku sebelumnya.

Sabtu, 13 Oktober 2018 
Seperti sudah menjadi rutinitas sejak hamil, aku pasti terbangun di sekitar pukul 01.00 atau 02.00 dini hari. Entah untuk sekedar bangun saja, ke toilet atau melaksanakan sholat malam. Hari ini juga terjadi seperti biasanya. Namun, pukul 04.00 pagi, aku merasakan cairan keluar dari jalan lahir. Aku kira, aku pipis di tempat tidur. Tapi ternyata itu adalah cairan ketuban yang tidak dapat ku berhentikan. Diantara kaget dan panik aku membangunkan suamiku. Kami berdua mencoba berfikir tenang dan tidak panik dalam mengambil keputusan. Sambil menunggu adzan Shubuh berkumandang, suami menyiapkan tas perlengkapan persalinan yang sebelumnya sudah kusiapkan (ini berguna banget sih, jadi kalau harus mendadak ke klinik bersalin ngga usah sibuk nyiapin apa yang mesti dibawa lagi)
Setelah suami sholat shubuh aku, suami ditemani Bapak pergi ke klinik. Dengan kondisi ketuban yang sudah pecah aku berusaha tenang. Setelah sampai, aku tidak merasakan mules yang semestinya dirasakan oleh perempuan yang siap melahirkan. Ketika dicek pembukaan ternyata baru pembukaan 1.

Dengan kondisi ketuban yang sudah pecah, akhirnya aku memilih menunggu di klinik. Aku mulai merasakan gelombang cinta yang datang. Aku dan suami juga mencatat waktu ketika si gelombng cinta tiba. Mules yang aku rasakan semakin bertambah di setiap jamnya. Hingga pada pukul 09.00 petugas memeriksa pembukaanku lagi, ternyata belum bertambah. Masih pembukaan 1.

Pukul 12.00 siang aku diberi antibiotik melalui infus. Hal ini dilakukan untuk melindungi bayiku karena air ketuban yang sudah pecah. Waktu terus berjalan, per 2 atau 3 jam aku kembali dicek pembukaan. Namun nyatanya hingga pukul 14.00 pembukaanku baru 1 longgar. Padahal gelombang cinta yang hadir kurasa bertambah seru di perutku.

Mamah dan Bapak juga datang siang itu, mereka kira aku sudah melahirkan atau paling tidak pembukaanku sudah bertambah banyak. Namun nyatanya tidak. Sedangkan air ketubanku terus mengalir, aku mengenakan popok untuk menampung air ketuban. Suamiku dengan siaga dan cekatan menemani setiap proses yang aku rasakan di hari itu.

Sampai akhirnya pukul 16.00, petugas kembali mengecek pembukaan lagi. Tapi ternyata pembukaanku tak kunjung bertambah. Aku mulai panik. Aku takut janin dalam kandunganku dalam bahaya atau bahkan menelan air ketuban. Suamiku dan Bapak mulai mencari informasi rumah sakit untuk Caesar. Mulai dari mencari informasi ketersediaan kamar, dokter, tindakan dll. Karena sudah 12 jam air ketubanku pecah dan pembukaan tidak maju atau bertambah.

Suamiku mengutarakan kegelisahan yang kami rasakan pada petugas klinik. Hingga akhirnya Bidan atau Suster yang ada disana menghampiriku. Ia mengatakan kondisi bayi dalam kandunganku terbilang kuat dan sehat. Kondisiku juga dalam keadaan yang sehat. Sehingga sayang jika aku menyerah dan memutuskan untuk operasi Caesar. Petugas tersebut menawariku untuk induksi melalui infus. Ia juga mneyebutkan jika induksi tersebut akan terasa 10x lebih sakit dibanding rasa mules yang datang secara alami. Aku tidak pikir panjang dan menerima untuk diinduksi. Karena aku ingin segera bertemu bayi dalam kandunganku. Mules yang aku rasakan sedari pagi rasanya seperti akan Haid. Tapi masih bisa dengan mudah ku atasi karena datangnya juga per 5 menit sekali.

Ternyata, ucapan petugas tadi benar. Setelah caran induksi dimasukkan kedalam infus, aku meraskan mulesnya gelombang cinta yang luar biasa. Sakitnya benar benar lebih terasa dibanding mules alami yang sebelumnya ku rasakan. Gelombang cinta tersebut juga semakin sering ku rasakan dibanding sebelumnya. Pukul 18.00 ketika dicek pembukaan, ternyata pembukaan maju menjadi 2. Padahal aku kira sakitnya sudah luar biasa tapi ternyata pembukaannya belum bertambah banyak juga.

Ketika merasakan gelombang cinta yang datang aku juga merasakan kantuk. Bahkan ketika sudah diinduksi aku juga merasakan mual. Sedari pagi sampai sore aku masih bisa makan dan ngemil sesuka hati. Tapi ketika sudah diinduksi rasanya mual dan aku juga sempat memuntahkan makanan yang aku makan. Sungguh induksi rasanya tak karuan. Segala pikiran negatif juga seolah datang kala itu. Alhamdulillah suami, mamah dan bapak menguatkanku. Petugas di klinik juga menyemangatiku pikirkan saja sebentar lagi aku akan bertemu bayi dalam kandunganku katanya.

Pukul 19.30 aku kembali dicek pembukaan. Pembukaan yang terjadi ternyata 3 longgar. Aku semakin berisik. Berujar segala kalimat yang kini bahkan ku tak ingat. Tapi kata suamiku, aku tak sampai berujar kalimat aneh aneh atau bermakna negatif (syukurlah, kan takut kalau ternyata keluar sumpah serapah ngga jelas kan)

Akhirnya petugas membawaku ke ruang persalinan. Bukannya deg degan aku merasa antusias. Karena mules yang aku raskan akan segera berkahir pikirku. Aku memilih Klinik Cimahi Sehat sebagai lokaso persalinan karena aku terbiasa memeriksakan kandunganku disini. Aku sudah melakukan USG 4D sejak usia kehamilan 16 minggu. Kemudian ku lakukan lagi pada usia kehamilan 28 minggu, 32 minggu dan 36 minggu. Aku merasa cocok dengan dokter kandungan yang ada disini yaitu dr. Nogi E prasetiyo, Sp.OG. Selain itu metode salsabila yang ada disini juga membuatku penasaran bagaimana rasanya melahirkan tanpa rasa sakit yang ku pikir akan meminimalisir rasa trauma pada diriku dan bayiku kelak.

Baca Juga : Cerita Pemeriksaan USG 4D di Cimahi

Aku kembali dipasangi alat untuk mengecek kontraksi yang timbul di bagian perut. Selain itu ada dokter juga yang mengecek pembukaanku kembali. Beliau mengungkapkan aku bisa segera melangsungkan proses persalinan. Perasaanku antara sakit mules dan antusias akan segera bertemu dengan bayiku bercampur menjadi satu.

Proses selanjutnya, aku disuntik kembali di bagian punggung tulang belakang. Sepertinya aku disuntik oleh Dokter Anastesi (aku tidak sempat bertanya). Setelah disuntik bagian perut atau pinggang ke bawah sampai kaki menjadi kebal dan tidak merasakan apa apa. Tetapi bagian badan atas masih bisa bergerak seperti biasa.

Bidan dan suter di ruangan juga menyuruhku untuk tiduran dan miring ke arah kiri. Untuk mempercepat pembukaan katanya. Setelah disuntik aku tidak merasakan mules seperti sebelumnya. Bahkan aku bisa makan kembali seperti biasanya. Beberapa kali bidan memeriksa kembali pembukaan yang terjadi padaku. Pembukaan kali ini bahkan terjadi lebih cepat. Pembukaan 4, 5, 6, 7, 8, hanya terjadi dalam hitungan menit begitu saja. Tidak seperti pembukaan 1 ke pembukaan 2 yang harus menunggu sampai berjam jam.

Aku benar melalui proses melahirkan tanpa rasa sakit setelah disuntik di tulang belakang. Bidan memberiku intruksi dan aba aba ketika aku harus mengejan. Aku tidak merasakan sakit atau apapun pada bagian bawah tubuhku. Ketika sudah 3 4 kali aku mengejan bayiku belum terlahir juga. Akhirnya dokter memberi tindakan vakum. Alhamdulillah aku mendengar suara tangisan bayi yang keluar dari rahimku kala itu. Ternyata, bayiku terlilit 2 tali pusat di bagian lehernya. Menurut dokter hal itulah yang membuat pembukaan menjadi lama. Ketika ku mengejan bayi juga tak kunjung keluar karena tertahan oleh tali pusat yang melilitnya.

Tak hentinya aku menatap bayi mungil yang selama ini aku nantikan. 38 minggu aku mengandungnya dan Alhamdulillah pada pukul 21.49 bayiku terlahir dalam keadaan lengkap dan sempurna.
Aku benar benar tidak merasakan sakitnya proses melahirkan di ruang persalianan. Bahkan ketika dijahit dan ari ari dikeuarkan dari perutku aku juga tidak merasakan apa apa. Padahal darah yang keluar menurut suamiku cukup banyak. Suamiku mendampingiku selama proses persalinan. Akunya tenang tenang saja karena tidak merasakan sakit, suamiku yang katanya justru nyeri linu melihat proses persalinanku malam itu.

Aku mulai merasakan linu dan nyerinya pasca persalinan saat suntikan anastesi mulai menghilang pada pukul 24.00 malam itu. Namun melihat bayi di sebelahku sakit yang kurasakan tak ada artinya menurutku. Bahkan pada keesokan harinya aku juga sudah bisa ke toilet seperti biasa walaupun masih ditemani suami karena takut terjadi hal hal yang tidak diinginkan.

Bayi mungil Laki laki terlahir dengan berat 3.1 kg dan panjang 50 cm. Sangat kuingat jelas tangisannya pertama kali saat terlahir ke dunia. Rasa syukur sangat sangat aku rasakan akan kehadirannya. Sungguh Allah Maha Baik, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Walaupun merasakan proses yang panjang tapi aku sangat bersyukur karena bisa melalui setiap prosesnya dengan baik.

Melahirkan tanpa rasa sakit dengan metode Salshabila yang aku rasakan menurutku sangat bermanfaat dan menguntungkan. Aku tidak meraskan sakit ketika persalinan. Sakit yang aku rasakan ialah ketika diinduksi karena pembukaan tak kunjung datang. Sakit luar biasa yang tak akan pernah ku lupakan.
Banyak yang bilang "wah enak dong tidak meraskan sakit seperti wanita kebanyakan" Menurutku, sah sah saja anggapan begitu. Tapi tidak semua orang juga merasakan sakitnya induksi yang mulesnya lebih lebih sakit daripada mules alami.

Jika saja aku datang ke klinik saat sudah pembukaan 4, dengan kondisi siap untuk bersalin maka aku bisa saja langsung disuntik di tulang belakang. Tapi aku tidak mau berandai andai. Semua proses yang sudah ku lalui aku anggap hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku.