Dibalik Cerita Cinta Remaja Sederhana yang Manis ala Dilan 1990

Dilan, dia adalah Dilanku tahun 1990. Sebuah novel karya Pidi Baiq yang menghibur menurutku. Aku salah satu penggemar berat Dilan. Ke-3 seri bukunya, ku baca dengan baik bahkan amat sangat baik. Imajinasiku menerawang jauh, membayangkan sosok Dilan yang nyata adanya. Ilustrasi di buku menuntunku merealisasikan tokoh tokoh yang ada di dalamnya. Aku bukan membayangkan diriku jadi sosok Milea yang tengah bercerita. Tapi aku hadir sebagai penggemarnya yang melihat mereka berdua dari kejauhan. Ikut menikmati alur cerita sederhana yang manis tapi tak berlebihan.
Pihak Ketiga
Kabar Dilan akan diangkat ke layar lebarpun menarik perhatianku. Sosok Milea terlihat mudah ditemukan dalam diri Sasa (Vanesha Prescilla) berbeda dengan sosok Dilan yang terus menjadi tanda tanya. Banyak sosok yang disebut sebut akan memerankan tokoh Dilan kala itu. Tak akan ku sebut namanya. Beberapa aku memang tak suka, yang lainnya ya ku tak peduli juga. Ayah Pidi Baiq pasti tahu siapa yang pantas menjadi Dilan. Padahal dalam hatiku, ku turut bertanya juga, akankah Dilan dalam bayangan akan sama dengan kenyataan.
Belum sah kalau belum foto tiketnya :D
Iqbaal kemudian muncul sebagai seorang Dilan. Aku senang. Titik. Mungkin kedengarannya agak subjektif. Tapi memang iya. Aku mengikuti jejak kariernya sejak ia tergabung dalam Coboy Junior, CJR hingga akhirnya grup tersebut bubar. Santer terdengar Iqbaal tak pantas memerankan Dilan. Tapi aku berbeda, aku yakin Dilan bisa. Hal itu ku buktikan sendiri ketika ku menonton filmnya. Kemarin, satu Februari dua ribu delapan belas. Antrinya panjang banget. Antriannya kaya ular melingkar lingkar kalau ngga salah kemarin kebagian baru antri di baris ke-11. Kalau tau masih banyaaak yang mau nonton mending beli tiket online aja. Tapi, udah nanggung sampe sana yaudah lanjut aja. Kalau udah suka mah mau ada halangan apa juga lewat ajaa.
Terimakasih sudah mau menemani
Kalau kamu sudah baca novelnya, alur cerita dan percakapan yang ada di dalamnya SAMA dengan film tersebut. Aku bahagia, Dilan yang ku bayangkan sama dengan kenyataan. Menurutku, Iqbaal berhasil membuatku tersenyum sama ketika ku membaca novelnya. Fajar Bustomi dan Pidi Baiq sukses merealisasikan Dilan dalam novel ke Dilan dalam layar lebar. Menurutku, jika kamu pernah membaca novel best seller kemudian kamu mengeluh karena ketika diangkat menjadi sebuah film itu mengecewakan, Kamu ngga akan bilang gitu kalau nonton Dilan. Tapi balik lagi, penilaian setiap orang dan bayangan Dilan di setiap benak orang tentu berbeda. Kamu bebas menilai bagaimana Dilan.
Pihak Ketiga
Film Dilan 1990 menurutku sederhana, tapi mengena. Bahkan membekas hingga selalu terngiang di mata. Candaan dan Rayuannya terasa nyata tanpa gombalan berlebihan yang membuatku bosan. Ada beberapa scene yang menurutku garing, tapi semua tertutupi dengan rasa cintaku yang amat besar (Maaf kalau ini emang berlebihan sih). Usaha dan kerja keras para cast dan crew sangat patut diapresiasi. Kalau kamu tau behind the scenenya, kamu ngga akan nyangka kalau Sasa harus nerima tamparan sampai 15 kali buat dapet momen yang pas dan dirasa bagus di film Dilan 1990.

Aku juga ngga suka sama Beni. Baca ceritanya di novel aja aku bayangin dia sosok yang kurang ajar dan berlebihan. Brandon Salim sukses jadi Beni yang bikin emosi. Walaupun Brandon juga ngaku suka loh jadi Beni. Menurutnya karakter Beni juga dia banget, tanpa sisi buruknya maksudnya lho ya. Iqbaal sama Giulio Parengkuan alias Anhar ngeluarin energi banyak banget buat adegan berantem diantara mereka. Bahkan dalam salah satu wawancara Iqbaal bilang kalau itu adalah salah satu scene tersulit yang harus ia lakuin yang bahkan sampai ngehabisin waktu 6 jam lho.

Berbeda dengan badung dan nakalnya kidz jaman now, Dilan menunjukkan pribadinya sebagai remaja kala itu. Mungkin banyak yang tak suka dengan sisi kasar Dilan. Akupun sama. Tapi bagaimana sikapnya memperlakukan keluarga dan wanita, aku suka. Manis tapi tak berlebihan. Para cast pemain film Dilan 1990 bukanlah para pemain film yang jam terbangnya sudah banyak. Kebanyakan dari mereka merupakan pemain baru. Walaupun ada juga yang sudah terbiasa di depan kamera. Para pemain muda ini nyatanya punya bakat dan kemampuan yang mau mereka perjuangkan. Meskipun terlihat sederhana rasanya tak mudah untuk bisa ber-acting dengan baik di hadapan kamera.
Pihak Ketiga
Latar belakang Bandung difilm Dilan tahun 1990-an rasanya bikin kangen. Bikin penasaran adem dan tenangnya kaya gimana. Padahal di tahun segitu akupun belum lahir. Aku ngga sabar buat nunggu film bagian selanjutnya. Menurut informasi yang ku dapat, tahun ini juga film selanjutnya akan dibuat. Buat kamu yang belum baca bukunya, jangan khawatir bakaln kebingungan. Film Dilan 1990 dikemas secara sederhana dengan gaya cerita cinta remajanya sendiri. Jangan mikir itu film jadul, soalnya Film Dilan dikemas secara kekinian. Kamu bisa ikut larut di cerita Milea yang hangat menceritakan kisah cintanya bersama Dilan kala itu. Meskipun sederhana, tapi rasanya film Dilan 1990 tetap manis dan dapat dinikmati.
Pihak Ketiga
*Maaf review yang ditulis tentang cerita dibalik filmnya. Rasanya aku terlalu pelit dan tak mau berbagi tentang cerita cinta mereka yang sederhana. Setiap orang bebas menilai Dilan dan cerita Milea seperti apa